Oleh : Drs. H. Moh. Jufri
I. PENDAHULUAN
Meningkatnya pemahaman masyarakat mengenai perbedaan individual mengakibatkan semakin tingginya tuntutan terhadap variasi metode pembelajaran dalam lingkup pendidikan. Masyarakat menuntut adanya perbaikan sistem pendidikan dari metode pembelajaran yang konvensional menuju metode-metode yang inovatif sehingga penyerapan materi oleh peserta didik dapat menjadi optimal.
Selama ini metode pembelajaran konvensional seperti direct method digunakan sebagai solusi atas kondisi pembelajaran di kelas dengan jumlah siswa yang banyak (klasikal). Pembelajaran dengan metode semacam ini dirasa sangat efisien dan tidak membutuhkan usaha yang lebih mengingat materi pelajaran sebagian besar disampaikan melalui ceramah. Guru memegang peranan penting sementara siswa cenderung dijadikan objek pembelajaran dan mengabaikan potensi-potensi yang dimiliki oleh para siswa tersebut.
Saat ini pemangku kebijakan telah menyadari bahwa pendidikan merupakan investasi masa depan. Sehingga upaya-upaya perbaikan sistem pendidikan terus dikembangkan. Salah satu upaya tersebut adalah perbaikan kurikulum yang di dalamnya mencakup metode pembelajaran di dalam kelas. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan hingga saat ini menempatkan murid sebagai subjek pembelajaran dan memainkan peran penting di dalam kelas, sementara guru berfungsi sebagai fasilitator. Siswa dituntut untuk memiliki inisiatif dalam pembelajaran sehingga materi yang akan dibahas dapat dipahami secara komprehensif. Selain itu KTSP akan sangat mendukung siswa dalam rangka aktualisasi diri menyampaikan gagasannya.
Salah satu metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas adalah metode pembelajaran kooperatif. Metode ini menekankan pada interaksi selama pembelajaran serta hubungan interpersonal siswa. Metode pembelajaran kooperatif tidak hanya tertuju pada pencapaian prestasi akademis semata namun juga sangat tepat untuk melatih perkembangan afeksi siswa. Melalui metode kooperatif, para siswa akan saling berdikusi mengenai materi yang akan mereka pelajari. Metode koorperatif memiliki nilai lebih dalam hal mengakomodasi potensi masing-masing siswa yang sangat beragam. Bagaimana metode kooperatif dapat meningkatkan presta kademik dan
kualitas interaksi antar siswa selama dalam proses pembelajaran? Pada karya tulis ini kami akan membahas mengenai metode pembelajaran yang merupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif.
II. TUJUAN
1. Memahami metode pembelajaran kooperatif.
2. Memahami jenis-jenis pembelajaran kooperatif.
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran kooperatif.
III. LANDASAN TEORI
Metode pembelajaran kooperatif merupakan metode yang digunakan dalam menyelesaikan suatu tugas pembelajaran melalui kelompok siswa yang telah dibentuk (Siegel, 2005). Metode pembelajaran ini dapat dikatakan metode yang cukup rumit mengingat dilibatkannya interaksi antar siswa maupun kelompok dalam proses pembelajaran. Johnson dkk (dalam Nuegbuzie, 2001) menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah metode belajar berupa kelompok- kelompok kecil dimana siswa belajar bersama-sama untuk meningkatkan pembelajaran dirinya. Sementara menurut Watson dan Marshal (dalam Baer,
2005) menyebutkan bahwa metode pembelajaran koperatif merupakan metode yang identik dengan kondisi siswa yang heterogen dalam hal prestasi akademik. Dari pernyataan para pakar tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada interaksi dan kolaboratif siswa untuk mencapai prestasi akademik maupun keterampilan sosial, dimana siswa yang memiliki kemampuan beragam dapat diakomodasi melalui pembelajaran yang sifatnya kooperatif.
Johnson dkk (dalam Nuegbuzie, 2001) menyebutkan ada lima elemen yang mendukung proses pembelajaran kooperatif sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Kelima elemen tersebut antara lain:
1. Rasa saling membutuhkan.
Dalam metode pembelajaran yang kooperatif diharapkan setiap siswa memiliki rasa saling membutuhkan satu sama lain. Pembelajaran yang dilakukan tidak sekedar berupa kelompok, namun merupakan sebuah tim
yang mengharapakan keberhasilan dari kegiatan di kelas. Situasi di atas akan merubah pandangan siswa bahwa metode belajar kooperatif tidak hanya menguntungkan kelompok saja, melainkan juga masing-masing anggota kelompok (hubungan timbal balik).
2. Interaksi tatap muka.
Interaksi tatap muka terjadi pada saat siswa menghidupkan dan memfasilitasi suasana diskusi dengan kelompok lain agar tujuan pembelajaran tercapai. Dalam hal ini setiap siswa atau kelompok dapat memberi masukan terhadap hal-hal yang menjadi kekurangan pada kelompok lain demikian sebaliknya.
3. Tanggung jawab individu.
Masukan maupun kritik dari siswa atau kelompok lain harus dipertanggungjawabkan oleh siswa yang bersangkutan dengan harapan terjadi peningkatan kualitas diri terhadap tugas yang diberikan. Dalam metode pembelajaran ini sikap apatis dan tidak peduli harus dihindari. Para siswa harus berperan aktif dan memberikan kontibusi terhadap kelompok. Hal ini juga untuk meminimalkan potensi social loafing yang terjadi pada situasi pembelajaran. Menurut Johnson, tanggung jawab individu dapat ditingkatkan melalui cara berikut :
Membuat kelompok dengan anggota yang terbatas (kelompok kecil)
Memberikan tes individu terhadap para siswa. Mempresentasikan tugas kelompok dengan urutan yang acak. Mengamati peran anggota di dalam kelompok.
Saling memberikan tugas antar kelompok.
Meminta setiap siswa mengajarkan apayang ia kuasai kepada siswa yang lain.
4. Keterampilan sosial.
Seperti yang sudah dijelaskan di bagian awal bahwa keterampilan sosial memainkan peranan penting dalam pembelajaran kooperatif. Keterampilan sosial merupakan landasan fundamental terhadap proses pembelajaran kooperatif. Keterampilan sosial pada metode pembelajaran ini sangat diperlukan ketika para siswa memberikan masukan dan kritik
kepada kelompok lain dengan tujuan agar tugas-tugas yang diberikan dapat tercapai dengan optimal.
5. Proses di dalam kelompok.
Proses dalam grup merupakan penilaian terhadap bagaimana gaya para siswa pada saat mereka berinteraksi dalam proses pembelajarn kooperatif apakah efektif atau tidak. Apabila dirasa tidak efektif, pendidik dapat segera melakukan tindakan, apakah memodifikasi atau mengganti gaya interaksi siswa agar hasil pembelajaran dapat tercapai. Proses di dalam kelompok sangat dipengaruhi oleh karakteristik siswa dalam kelas tersebut.
IV. PEMBAHASAN
Secara umum, Johnson dkk menemukan bahwa metode pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik pada beberapa seting pembelajaran dan kelompok usia (dalam Nuegbuzie, 2001). Namun metode ini juga menuntut seorang pendidik memahami kondisi serta potensi dari murid- muridnya. Setelah itu guru juga harus memiliki pemahaman terhadap mata pelajaran serta metode kooperatif seperti apa yang akan diaplikasikan.
Dalam makalah ini ada empat macam tipe pembelajaran kooperatif yaitu: Tipe Number Head Together (THT).
Tipe Student Teams Achievement Divisions(STAD) Tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Ketiga macam tipe pembelajaran kooperatif tersebut memiliki karakteristik yang bermacam-macam serta memiliki keunggulan maupun kelemahan masing- masing. Berikutnya kami akan membahas satu persatu dari ketiga metode pembelajaran tersebut.
1. Tipe Number Head Together (NHT).
Tipe pembelajaran kooperatif melalui metode NHT dirancang khusus agar siswa dapat memahami materi pelajaran meski menggunakan metode berkelompok. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dengan melibatkan siswa yang terbagi dalam kelompok untuk menguasai materi pada mata pelajaran yang akan dibahas. Tipe NHT menekankan pada pembentukan struktur- struktur khusus untuk menciptakan pola interaksi siswa. NHT menekankan kepada siswa agar saling bergantung pada keompok-kelompok yang telah dibuat secara kooperatif. Hal ini dapat meminimalkan kegaduhan dalam kelas pada penggunaan metode tradisional dimana siswa mengacungkan tangan terlebih dahulu baru ditunjuk guru untuk menjawab pertanyaan yang telah diberikan.
Langkah-langkah penerapan NHT:
Persiapan
Pada tahap ini guru mempersiapkan lembar kerja siswa yang
digunakan sebagai bahan permasalahan yang akan didiskusikan dalam proses pembelajaran. Jumlah lembar kerja siswa disesuaikan dengan jumlah kelompok.
Pembentukan kelompok
Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Diusahakan setiap kelompok berjumlah 3-5 anak agar diskusi di dalam kelompok berjalan efisien. Kelompok yang dibentuk sebaiknya mewakili prestasi akademik, ras, jenis kelamin, dan kemampuan belajar. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan nomor kepada masing-masing siswa pada setiap kelompok antara 1-3 atau 1-5.
Pegangan materi
Setiap kelompok wajib memiliki pegangan materi berupa buku paket atau sumber bacaan yang lain. Hal ini untuk memudahkan para siswa di dalam kelompok tersebut mengerjakan lembar kerja yang sudah dipersiapkan oleh guru.
Diskusi masalah
Pada langkah ini setiap kelompok mulai membahas materi yang telah diberikan guru. Dengan pegangan buku paket para siswa di dalam kelompok mulai berdiskusi mengenai permasalahan yang tertuang dalam lembar kerja siswa. Setiap siswa diharapkan dapat aktif dan memahami alur diskusi masing-masing kelompok. Setelah itu setiap anggota kelompok memiliki pandangan yang sama terhadap masalah yang sudah didiskusikan.
Pemanggilan nomor anggota
Langkah ini dilakukan ketika diskusi sudah selesai. Guru memanggil sebuah nomor, kemudian para siswa dari masing-masing kelompok yang nomornya disebut mengangkat tangan. Setelah itu guru akan mengajukan pertanyaan kepada para siswa yang nomornya ditunjuk secara bergantian.
Kesimpulan
Setelah semua siswa menjawab pertanyaan yang diajukan, guru yang merupakan fasilitator dalam pembelajaran bersama para siswa akan merangkum kesimpulan dari hasil diskusi.
Metode NHT memiliki beberapa keunggulan antara lain:
1. Meningkatkan harga diri siswa
2. Memotivasi siswa untuk selalu hadir di kelas
3. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
4. Menjadikan suasana kelas kondusif
5. Mengurangi konflik pribadi
6. Pemahaman menjadi komprehensif
7. Meningkatkan kepekaan dan toleransi siswa
8. Hasil pembelajaran yang lebih tinggi
2. Tipe Student Teams Achievement Divisions(STAD)
STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. STAD menekankan pada tanggung jawab kelompok untuk meyakinkan bahwa anggotanya telah memahami 100% pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru secara klasikal pada waktu awal.
Langkah-langkah yang dilakukan pada tipe pembelajaran kooperatif
STAD antara lain:
Penyampaian materi
Pada awal pembelajaran STAD, guru menerangkan materi secara klasikal kepada seluruh siswa. Hal ini untuk menyamakan persepsi di antara siswa. Setelah penyampaian materi guru dapat memberikan soal pre test kepada masing-masing siswa.
Membagi kelompok
Setelah penyampaian materi dilakukan, langkah selanjutnya adalah membagi kelompok. Kelompok yang dibentuk diusahakan heterogen dengan latar belakang sosial, prestasi serta kemampuan belajar yang berbeda dalam setiap kelompoknya.
Belajar kelompok
Setelah kelompok terbetuk maka selanjutnya setiap kelompok kembalimembahas apa yang telah disampaikan oleh guru di awal kelas. Guru menekankan kepada siswa untuk tidak menghentikan diskusi di dalam kelompok sebelum para anggotanya yakin dapat mampu menjawab
seluruh pertanyaan atau kuis yang nanti akan diajukan.
Kuis
Guru memberikan kuis secara individual kepada para siswa. Materi kuis merupakan materi yang telah disampaikan oleh guru pada awal pembelajaran. Dalam kuis ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Tujuan dari kuis ini antara lain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab serta kepedulian para siswa terhadap anggota kelompok yang lain. Siswa juga akan menyadari pentingnya kontribusi dari setiap anggota dalam kelompok dalam keberhasilan menyerap materi pelajaran.
Pemberian skor peningkatan inividu
Hasil dari kuis tersebut dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan pembelajaran kooperatif melalui metode STAD. Hasil yang optimal adalah ketika suatu kelompok mendapatkan skor yang lebih baik daripada skor pre test.
Penghargaan kelompok
Kelompok dengan kerjasama yang baik akan memiliki skor nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor sebelumnya. Penghargaan diberikan oleh guru kepada masing-masing siswa dalam kelempok tersebut untuk menunjukan bahwa pentingnya kerja sama di anatara siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
3. Tipe Team Assisted Individualization (TAI).
Tipe pembelajaran TAI merupakan kolaborasi antara metode pembelajaran individual dengan metode pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen, yaitu:
Teams
Yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6 siswa.
Placement test
Yakni pemberian pre-tes kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa dalam bidang tertentu.
Student Creative
Melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Team Study
Yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkannya.
Team Scores and Team Recognition
Yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan criteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tgas. Teaching Group
Yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
Facts Test
Yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa.
Whole Class Units
Yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh guru untuk menunjang tercapainya tujuan metode pembelajaran kooperatif, antara lain:
1. Menggunakan mata pelajaran yang ada dan membuat struktur pengajaran yang kooperatif. Dalam hal ini guru membuat perencanaan pengajaran yang mulai menerapkan metode-metode kooperatif.
2. Mulai mempraktikan metode pengajaran kooperatif ke dalam kelas, paling tidak 60% dari seluruh pengajaran di kelas. Hal ini berguna agar para siswa dapat beradaptasi dengan sistem yang baru.
3. Jelaskan maksud dari metode pembelajaran kooperatif terutama pentingnya penekanan pada komunikasi serta interaksi antar siswa melalui dikusi yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada mata pelajaran.
Keberhasilan dari metode pembelajaran kooperatif tidak lepas dari kemampuan guru dalam mengelola proses di kelas. Johnson dan Johnson (2003) mengatakan bahwa guru harus memiliki jam terbang yang cukup untukmenciptakan situasi pembelajaran yang kooperatif di antara siswa.
V. KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif merupakan metode yang menekankan pada pentingnya sikap kerja sama di antara siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada pada mata pelajaran. Strategi pembelajaran ini dapat diterapkan pada bermacam-macam kelompok usia. Namun metode pembelajarab kooperatif membutuhkan beberapa macam tuntutan baik terhadap guru, siswa maupun suasana kelas. Guru memiliki peranan penting dalam menciptakan iklim kooperatif di dalam lingkungan kelas. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan yang mumpuni dalam menciptakan metode pembelajaran yang cukup rumit ini.
Daftar Pustaka
Baer, John. 2003. College Teaching: Grouping & Achievment in Cooperative Learning. Vol. 51, No.
4, 169-174
Hancock, Dawson. 2004. The Journal of Education Research: Cooperative Learning and Peer
Orientation Effects on Motivation and Achievment Author. Vol. 97. No. 3, 159-166
Kadir, S.A. dkk. 2005. Pakistan Journal of Psychological Research: The Effects of Cooperative
Learning Strategy on Peer Attachment. Vol : 20, No 3-4. 121-131.
Parveen, Qaisara dkk. 2011. International Journal of Academic Research: Effect of Cooperative Learning on Academic Achievement of 8th Grade Students in The Subject of Social Studies. Vo. 3. No. 1. Part III.
Peterson, S.E. dkk. 2004. The Journal of Educational Research: Comparing the Quality of Students
Experiences during Cooperative Learning and large Group Instruction. Vol. 97, No. 3, 123-
133.
Siegel, Christine. 2005. The Journal of Education Research: Implementing a research Based Model of
Cooperative Learning. Vol. 98. No. 6. 339-349.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar