Selasa, 24 Januari 2012

METODE PEMBELAJARAN KOORPERATIF

Oleh : Drs. H. Moh. Jufri
I.    PENDAHULUAN

Meningkatnya  pemahaman   masyarakat   mengenai   perbedaan   individual mengakibatkan semakin tingginya tuntutan terhadap variasi metode pembelajaran dalam  lingkup   pendidikan.  Masyarakat  menuntut  adanya  perbaikan  sistem pendidikan dari metode pembelajaran yang konvensional menuju metode-metode yang  inovatif  sehingga  penyerapan  materi  oleh  peserta  didik  dapat  menjadi optimal.
Selama  ini   metode   pembelajaran   konvensional   seperti   direct   method digunakan sebagai solusi atas kondisi pembelajaran di kelas dengan jumlah siswa yang banyak (klasikal). Pembelajaran dengan metode semacam ini dirasa sangat efisien  dan  tidak  membutuhkan  usaha  yang  lebih  mengingat  materi  pelajaran sebagian besar disampaikan melalui ceramah. Guru  memegang peranan penting sementara  siswa  cenderung  dijadikan  objek  pembelajaran  dan   mengabaikan potensi-potensi yang dimiliki oleh para siswa tersebut.
Saat ini pemangku kebijakan telah menyadari bahwa pendidikan merupakan investasi masa  depan. Sehingga upaya-upaya perbaikan sistem pendidikan terus dikembangkan. Salah satu  upaya tersebut adalah perbaikan kurikulum yang di dalamnya mencakup metode pembelajaran  di dalam kelas. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang digunakan hingga saat ini menempatkan murid sebagai  subjek  pembelajaran  dan  memainkan  peran  penting  di  dalam  kelas, sementara  guru  berfungsi  sebagai  fasilitator.  Siswa  dituntut  untuk  memiliki inisiatif dalam pembelajaran sehingga materi yang akan dibahas dapat dipahami secara  komprehensif.  Selain  itu  KTSP  akan  sangat  mendukung  siswa  dalam rangka aktualisasi diri menyampaikan gagasannya.
Salah  satu  metode  yang  digunakan  dalam  pembelajaran  di  kelas  adalah metode   pembelajaran   kooperatif.   Metode   ini   menekankan   pada   interaksi selama pembelajaran  serta hubungan interpersonal siswa. Metode pembelajaran kooperatif tidak hanya  tertuju pada pencapaian prestasi akademis semata namun juga  sangat  tepat  untuk  melatih  perkembangan  afeksi  siswa.  Melalui  metode kooperatif, para siswa akan saling berdikusi mengenai materi yang akan mereka pelajari.  Metode  koorperatif  memiliki  nilai  lebih  dalam  hal  mengakomodasi potensi masing-masing siswa yang sangat beragam.   Bagaimana metode  kooperatif  dapat  meningkatkan  presta kademik dan

kualitas interaksi antar siswa selama dalam proses pembelajaran? Pada karya tulis ini   kami akan membahas mengenai metode pembelajaran yang merupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif.
II.   TUJUAN

1.   Memahami metode pembelajaran kooperatif.

2.   Memahami jenis-jenis pembelajaran kooperatif.

3.  Mengetahui kelebihan dan kelemahan metode pembelajaran kooperatif.

III.  LANDASAN TEORI

Metode pembelajaran kooperatif merupakan metode yang digunakan dalam menyelesaikan  suatu  tugas  pembelajaran  melalui  kelompok  siswa  yang  telah dibentuk  (Siegel, 2005). Metode pembelajaran ini dapat dikatakan metode yang cukup rumit mengingat  dilibatkannya interaksi antar siswa maupun kelompok dalam proses pembelajaran. Johnson dkk (dalam Nuegbuzie, 2001) menyebutkan bahwa   pembelajaran   kooperatif   adalah   metode   belajar   berupa   kelompok- kelompok   kecil   dimana   siswa   belajar   bersama-sama   untuk   meningkatkan pembelajaran  dirinya.  Sementara  menurut  Watson  dan  Marshal  (dalam  Baer,
2005) menyebutkan bahwa metode pembelajaran koperatif merupakan metode yang identik dengan kondisi siswa yang heterogen dalam hal prestasi akademik. Dari  pernyataan  para  pakar  tersebut  dapat  disimpulkan  bahwa  pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada interaksi dan kolaboratif siswa untuk mencapai prestasi akademik maupun keterampilan sosial, dimana siswa yang memiliki kemampuan beragam  dapat  diakomodasi melalui pembelajaran yang sifatnya kooperatif.
Johnson dkk (dalam Nuegbuzie, 2001) menyebutkan ada lima elemen yang mendukung proses pembelajaran kooperatif sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan optimal. Kelima elemen tersebut antara lain:
1.   Rasa saling membutuhkan.

Dalam metode pembelajaran yang kooperatif diharapkan setiap siswa memiliki  rasa  saling membutuhkan satu sama  lain. Pembelajaran yang dilakukan tidak sekedar berupa kelompok, namun merupakan sebuah tim


yang mengharapakan keberhasilan dari kegiatan di kelas. Situasi di atas akan  merubah  pandangan siswa bahwa metode belajar kooperatif tidak hanya  menguntungkan  kelompok  saja,  melainkan  juga  masing-masing anggota kelompok (hubungan timbal balik).
2.   Interaksi tatap muka.

Interaksi  tatap  muka  terjadi  pada  saat  siswa  menghidupkan  dan memfasilitasi   suasana   diskusi   dengan   kelompok   lain   agar   tujuan pembelajaran  tercapai. Dalam hal ini setiap siswa atau kelompok dapat memberi  masukan   terhadap   hal-hal  yang  menjadi  kekurangan  pada kelompok lain demikian sebaliknya.
3.   Tanggung jawab individu.

Masukan  maupun   kritik   dari   siswa   atau   kelompok   lain   harus dipertanggungjawabkan  oleh  siswa  yang  bersangkutan  dengan  harapan terjadi  peningkatan kualitas  diri  terhadap tugas yang diberikan. Dalam metode pembelajaran ini sikap apatis dan tidak peduli harus dihindari. Para siswa harus berperan aktif dan memberikan kontibusi terhadap kelompok. Hal ini juga untuk meminimalkan potensi social loafing yang terjadi pada situasi pembelajaran. Menurut Johnson, tanggung  jawab  individu dapat ditingkatkan melalui cara berikut :
Membuat  kelompok  dengan  anggota  yang  terbatas  (kelompok kecil)
Memberikan tes individu terhadap para siswa. Mempresentasikan tugas kelompok dengan urutan yang acak. Mengamati peran anggota di dalam kelompok.
Saling memberikan tugas antar kelompok.

Meminta setiap siswa mengajarkan apayang ia kuasai kepada siswa yang lain.
4.   Keterampilan sosial.

Seperti yang  sudah  dijelaskan  di  bagian  awal  bahwa  keterampilan sosial   memainkan   peranan   penting   dalam   pembelajaran   kooperatif. Keterampilan  sosial  merupakan  landasan  fundamental  terhadap  proses pembelajaran kooperatif.  Keterampilan sosial pada metode pembelajaran ini sangat diperlukan ketika para siswa  memberikan masukan dan kritik

kepada kelompok  lain  dengan  tujuan  agar  tugas-tugas  yang  diberikan dapat tercapai dengan optimal.
5.   Proses di dalam kelompok.

Proses dalam  grup  merupakan  penilaian  terhadap  bagaimana  gaya para  siswa   pada  saat  mereka  berinteraksi  dalam  proses  pembelajarn kooperatif apakah efektif atau tidak. Apabila dirasa tidak efektif, pendidik dapat segera melakukan tindakan,  apakah memodifikasi atau mengganti gaya  interaksi  siswa  agar  hasil  pembelajaran  dapat  tercapai.  Proses  di dalam kelompok sangat dipengaruhi oleh karakteristik siswa dalam kelas tersebut.

IV.  PEMBAHASAN

Secara  umum,   Johnson   dkk   menemukan   bahwa   metode   pembelajaran kooperatif    dapat   meningkatkan   prestasi   akademik   pada   beberapa   seting pembelajaran dan kelompok  usia (dalam Nuegbuzie, 2001). Namun metode ini juga  menuntut  seorang  pendidik  memahami  kondisi  serta  potensi  dari  murid- muridnya.  Setelah  itu  guru  juga  harus  memiliki  pemahaman  terhadap  mata pelajaran serta metode kooperatif seperti apa yang akan diaplikasikan.
Dalam makalah ini ada empat macam tipe pembelajaran kooperatif yaitu: Tipe Number Head Together (THT).
Tipe Student Teams Achievement Divisions(STAD) Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

Ketiga macam tipe pembelajaran kooperatif tersebut memiliki karakteristik yang  bermacam-macam serta memiliki keunggulan maupun kelemahan masing- masing.  Berikutnya   kami  akan  membahas  satu  persatu  dari  ketiga  metode pembelajaran tersebut.
1.   Tipe Number Head Together (NHT).

Tipe pembelajaran kooperatif melalui metode NHT dirancang khusus agar siswa  dapat memahami materi pelajaran meski menggunakan metode berkelompok. Tipe ini  dikembangkan oleh Kagen dengan melibatkan siswa yang terbagi dalam kelompok untuk  menguasai materi pada mata pelajaran yang  akan  dibahas.  Tipe  NHT  menekankan  pada  pembentukan  struktur- struktur khusus untuk menciptakan pola interaksi siswa. NHT  menekankan kepada  siswa  agar  saling  bergantung  pada  keompok-kelompok  yang  telah dibuat secara kooperatif. Hal ini dapat meminimalkan kegaduhan dalam kelas pada  penggunaan  metode  tradisional  dimana  siswa  mengacungkan  tangan terlebih dahulu baru  ditunjuk guru untuk menjawab pertanyaan yang telah diberikan.
Langkah-langkah penerapan NHT:

  Persiapan

Pada tahap ini guru mempersiapkan lembar kerja siswa yang

digunakan sebagai bahan permasalahan yang akan didiskusikan dalam proses  pembelajaran. Jumlah lembar kerja siswa disesuaikan dengan jumlah kelompok.
  Pembentukan kelompok

Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Diusahakan setiap kelompok berjumlah 3-5 anak agar diskusi di dalam kelompok berjalan   efisien.   Kelompok   yang   dibentuk   sebaiknya   mewakili prestasi akademik, ras, jenis kelamin, dan kemampuan belajar. Setelah kelompok terbentuk, guru memberikan nomor kepada masing-masing siswa pada setiap kelompok antara 1-3 atau 1-5.
  Pegangan materi

Setiap kelompok wajib memiliki pegangan materi berupa buku paket atau sumber bacaan yang lain. Hal ini untuk memudahkan para siswa  di  dalam  kelompok  tersebut  mengerjakan  lembar  kerja  yang sudah dipersiapkan oleh guru.
  Diskusi masalah

Pada langkah ini setiap kelompok mulai membahas materi yang telah diberikan guru. Dengan pegangan buku paket para siswa di dalam kelompok  mulai  berdiskusi  mengenai  permasalahan  yang  tertuang dalam lembar kerja siswa.  Setiap siswa diharapkan dapat aktif dan memahami alur diskusi masing-masing  kelompok. Setelah itu setiap anggota kelompok memiliki pandangan yang sama  terhadap masalah yang sudah didiskusikan.
  Pemanggilan nomor anggota

Langkah  ini  dilakukan  ketika  diskusi  sudah  selesai.  Guru memanggil  sebuah nomor, kemudian para siswa dari masing-masing kelompok  yang  nomornya  disebut  mengangkat  tangan.  Setelah  itu guru akan mengajukan pertanyaan kepada para siswa yang nomornya ditunjuk secara bergantian.
  Kesimpulan

Setelah semua siswa menjawab pertanyaan yang diajukan, guru yang  merupakan fasilitator dalam pembelajaran bersama para siswa akan merangkum kesimpulan dari hasil diskusi.

Metode NHT memiliki beberapa keunggulan antara lain:

1.   Meningkatkan harga diri siswa

2.   Memotivasi siswa untuk selalu hadir di kelas

3.   Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar

4.   Menjadikan suasana kelas kondusif

5.   Mengurangi konflik pribadi

6.   Pemahaman menjadi komprehensif

7.   Meningkatkan kepekaan dan toleransi siswa

8.   Hasil pembelajaran yang lebih tinggi

2.   Tipe Student Teams Achievement Divisions(STAD)

STAD  merupakan   metode   pembelajaran   kooperatif   yang   paling sederhana.   STAD   menekankan   pada   tanggung   jawab   kelompok   untuk meyakinkan bahwa  anggotanya telah memahami 100% pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru secara klasikal pada waktu awal.
Langkah-langkah yang dilakukan pada tipe pembelajaran kooperatif

STAD antara lain:

  Penyampaian materi

Pada  awal  pembelajaran  STAD,  guru  menerangkan  materi  secara klasikal  kepada  seluruh  siswa.  Hal  ini  untuk  menyamakan  persepsi  di antara siswa. Setelah penyampaian materi guru dapat memberikan soal pre test kepada masing-masing siswa.
  Membagi kelompok

Setelah penyampaian  materi  dilakukan,  langkah  selanjutnya  adalah membagi   kelompok.  Kelompok  yang  dibentuk  diusahakan  heterogen dengan  latar  belakang  sosial,  prestasi  serta  kemampuan  belajar  yang berbeda dalam setiap kelompoknya.
  Belajar kelompok

Setelah  kelompok   terbetuk   maka   selanjutnya   setiap   kelompok kembalimembahas apa yang telah disampaikan oleh guru di awal kelas. Guru  menekankan  kepada  siswa  untuk  tidak  menghentikan  diskusi  di dalam kelompok sebelum para anggotanya yakin dapat mampu menjawab

seluruh pertanyaan atau kuis yang nanti akan diajukan.

  Kuis

Guru memberikan kuis secara individual kepada para siswa. Materi kuis  merupakan  materi  yang  telah  disampaikan  oleh  guru  pada  awal pembelajaran.  Dalam kuis ini siswa tidak diperkenankan untuk bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Tujuan dari kuis ini antara lain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab  serta kepedulian para siswa terhadap anggota  kelompok  yang  lain.  Siswa  juga  akan  menyadari  pentingnya kontribusi  dari  setiap  anggota  dalam  kelompok  dalam   keberhasilan menyerap materi pelajaran.
  Pemberian skor peningkatan inividu

Hasil dari kuis tersebut dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan pembelajaran kooperatif melalui metode STAD. Hasil yang optimal adalah ketika suatu  kelompok mendapatkan skor yang lebih baik daripada skor pre test.
  Penghargaan kelompok
Kelompok  dengan  kerjasama  yang  baik  akan  memiliki  skor  nilai yang  lebih  tinggi  dibandingkan  dengan  skor  sebelumnya.  Penghargaan diberikan oleh guru kepada masing-masing siswa dalam kelempok tersebut untuk menunjukan bahwa pentingnya  kerja sama di anatara siswa untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

3.   Tipe Team Assisted Individualization (TAI).


Tipe pembelajaran TAI merupakan kolaborasi antara metode pembelajaran individual   dengan  metode  pembelajaran  kooperatif.  Model  pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 (delapan) komponen, yaitu:
Teams

Yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri atas 4 sampai 6 siswa.
Placement test

Yakni pemberian  pre-tes  kepada  siswa  atau  melihat  rata-rata  nilai harian   siswa   agar  guru  mengetahui  kelemahan  siswa  dalam  bidang tertentu.
Student Creative

Melaksanakan  tugas  dalam  suatu  kelompok  dengan  menciptakan situasi  dimana  keberhasilan  individu  ditentukan  atau  dipengaruhi  oleh keberhasilan kelompoknya.
Team Study

Yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan  guru   memberikan  bantuan  secara  individual  kepada  siswa  yang membutuhkannya.
Team Scores and Team Recognition

Yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan criteria  penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tgas. Teaching Group
Yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok.
Facts Test

Yaitu  pelaksanaan  tes-tes  kecil  berdasarkan  fakta  yang  diperoleh siswa.
Whole Class Units

Yaitu   pemberian   materi   oleh   guru   kembali   di   akhir   waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah.
Ada  beberapa  hal  yang  bisa  dilakukan  oleh  guru  untuk  menunjang tercapainya tujuan metode pembelajaran kooperatif, antara lain:
1. Menggunakan   mata   pelajaran   yang   ada   dan   membuat   struktur pengajaran yang kooperatif. Dalam hal ini guru membuat perencanaan pengajaran yang mulai menerapkan metode-metode kooperatif.
2. Mulai mempraktikan metode pengajaran kooperatif ke dalam kelas, paling tidak 60% dari seluruh pengajaran di kelas. Hal ini berguna agar para siswa dapat beradaptasi dengan sistem yang baru.
3. Jelaskan   maksud   dari   metode   pembelajaran   kooperatif   terutama pentingnya  penekanan  pada  komunikasi  serta  interaksi  antar  siswa melalui dikusi yang bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada pada mata pelajaran.

Keberhasilan dari  metode  pembelajaran  kooperatif  tidak  lepas  dari kemampuan guru dalam mengelola proses di kelas. Johnson dan Johnson (2003)  mengatakan bahwa guru harus memiliki jam terbang yang cukup untukmenciptakan situasi pembelajaran yang kooperatif di antara siswa.

V.   KESIMPULAN

Dari  penjelasan  di  atas  dapat  disimpulkan  bahwa  metode  pembelajaran kooperatif  merupakan  metode  yang  menekankan  pada  pentingnya  sikap  kerja sama di antara siswa dalam memecahkan suatu permasalahan yang ada pada mata pelajaran.  Strategi  pembelajaran  ini  dapat  diterapkan  pada  bermacam-macam kelompok usia. Namun metode pembelajarab kooperatif membutuhkan beberapa macam tuntutan baik terhadap guru, siswa maupun suasana kelas. Guru memiliki peranan  penting  dalam  menciptakan  iklim  kooperatif  di  dalam   lingkungan kelas. Oleh karena itu guru harus memiliki kemampuan yang mumpuni dalam menciptakan metode pembelajaran yang cukup rumit ini.



Daftar Pustaka


Baer, John. 2003. College Teaching: Grouping & Achievment in Cooperative Learning. Vol. 51, No.

4, 169-174
Hancock,  Dawson.  2004.  The  Journal  of  Education  Research:  Cooperative  Learning  and  Peer

Orientation Effects on Motivation and Achievment Author. Vol. 97. No. 3, 159-166
Kadir, S.A.  dkk.  2005.  Pakistan  Journal  of  Psychological  Research:  The  Effects  of  Cooperative

Learning Strategy on Peer Attachment. Vol : 20, No 3-4. 121-131.
Parveen, Qaisara  dkk.  2011.  International  Journal  of  Academic  Research:  Effect  of  Cooperative Learning on Academic Achievement of 8th Grade Students in The Subject of Social Studies. Vo. 3. No. 1. Part III.
Peterson, S.E. dkk. 2004. The Journal of Educational Research: Comparing the Quality of Students

Experiences during Cooperative Learning and large Group Instruction. Vol. 97, No. 3, 123-

133.
Siegel, Christine. 2005. The Journal of Education Research: Implementing a research Based Model of
Cooperative Learning. Vol. 98. No. 6. 339-349.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar