Sukses dengan 7 B
Manajemen Qalbu ini diambil dari : Bapak
K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR
K.H. ABDULLAH GYMNASTIAR
Semoga Beliau Senantiasa Mendapat
Perlindungan oleh Allah Swt. Amin
KITA menyadari, saat ini bangsa dan negara kita sedang dilanda masalah. Semoga Allah Yang Mahatahu segalanya mengaruniakan kepada kita formulasi yang tepat bagi negeri ini untuk bangkit dari keterpurukan.
Seluruh lapisan masyarakat, dari kelas atas sampai rakyat sibuk mencari jalan keluar. Sibuk mempermasalahkan masalah bukanlah sebuah solusi. Kita bisa memulai dari sekarang merancang solusi dengan menelusuri penyebab timbulnya masalah kita. Di antara penyebab yang paling potensial adalah krisis akhlak. Siapapun orangnya, jika memiliki krisis akhlak maka dirinya tidak akan membawa manfaat bagi orang lain.
Akhlak bisa dijadikan sebagai alat ukur kesuksesan seseorang. Sayangnya, kita seringkali mengukur kesuksesan seseorang dari harta, gelar, pangkat, jabatan, kedudukan, popularitas, dan penampilannya. Akibatnya, orang-orang akan lebih sibuk dengan hal-hal demikian.
Kita harus sepakat bahwa alat ukur kesuksesan bukanlah topeng dunia. Islam memandang bahwa sesungguhnya orang yang paling mulia dalam pandangan Allah adalah orang yang paling berhasil membaca, menggali, dan memompa potensi dirinya sehingga bisa berkarier yang terbaik di jalan Allah. Dia memberikan manfaat bagi dirinya dan orang lain, serta maslahat bagi dunianya dan membawa arti bagi akhirat nanti. Itulah kesuksesan.
Apa artinya kita sukses di dunia karena memiliki banyak harta sedangkan banyak orang yang teraniaya karena harta kita? Apalah artinya sukses tapi cara yang kita tempuh adalah korupsi, menjilat sana-sini, menindas bawahan, dan segudang keburukan lainnya? Apa yang telah kita lakukan itu sungguh menyakiti banyak orang. Maka berhati-hatilah dan berharaplah orang yang teraniaya oleh kita tidak mendoakan keburukan bagi kita.
Orang sukses adalah orang yang mampu menyukseskan dirinya dan orang lain. Orang lain merasa sukses karena mendapatkan sesuatu yang bermanfaat dari kita. Ilmu, harta, dan kedudukan yang kita miliki sekarang mampu membangkitkan diri kita dan orang lain dari krisis yang berkepanjangan. Inilah orang sukses yang memberikan solusi bagi umat, di dunia terhormat dan di akhirat mendapat kemuliaan di sisi Allah.
Itulah sebuah kesuksesan. Tidak ada orang yang menolak sukses. Tapi tidak sedikit orang yang tidak tahu cara mencapai kesuksesan yang hakiki. Kita coba meraih semua itu dengan rumus yang mudah, yaitu 7B. Kalau tahapan ini dilakukan dengan baik, jangan kaget jika kita bangkit, orang-orang di sekitar kita pun ikut, bahkan Indonesia yang tercinta ini ikut bangkit juga.
Pertama, awali kesuksesan dengan B yang pertama, yaitu Beribadah dengan benar. Beribadah dengan benar akan membuat kita semakin tawadhu, mengabdi kepada Allah, hati tentram, dan kehidupan akan seimbang. Hidup tanpa ibadah bagaikan bangunan tanpa fondasi. Maka apakah yang akan terjadi? Niscaya bangunan tersebut akan roboh!
Kedua, Berakhlak baik. Apalah artinya ibadah kalau tidak dibarengi akhlak baik. Kalau kita sudah mati-matian menjaga akhlak, maka pintu kesuksesan akan terbuka lebar bagi kita.
Ketiga, Belajar tiada henti. Ibadah benar dan akhlak baik belumlah cukup jika tidak didukung upaya belajar dari kita. Dari hari ke hari masalah, potensi konflik, dan kebutuhan kita akan terus bertambah. Bagaimana mungkin kita mampu menyikapi masalah tersebut dengan ilmu seadanya tanpa ada peningkatan kualitas dan kuantitas? Ciri orang yang bersungguh-sungguh dalam mencapai kesuksesan adalah mencintai ilmu dan belajar.
Keempat, Bekerja keras dengan cerdas dan ikhlas. Kita harus menanamkan standar pada diri kita, yaitu bekerja optimal dengan pemikiran yang cerdas. Ada orang yang bekerja dengan keras tapi kurang menggunakan akalnya, akibatnya dia hanya menjadi pekerja keras saja.
Kelima, bersahaja dalam hidup. Seorang pekerja keras seringkali terpuruk karena ketidakbersahajaannya dalam hidup. Dia boros, senang bermegah-megah, sehingga mudah terpedaya dan tertipu orang lain. Lain halnya jika dia bersahaja. Kemampuan keuangan kita lebih tinggi dibanding kebutuhan kita. Kita jadi orang yang gemar menabung, bersedekah, dan investasi untuk masa mendatang yang bermanfaat bagi diri kita maupun generasi mendatang. Inilah budaya yang harus kita ajarkan di masyarakat kita saat ini. Budaya kita bukanlah budaya yang banyak memiliki banyak barang, tetapi budaya yang selalu memiliki milai tambah dari segala yang kita miliki.
Keenam, Bantu sesama. Salah satu alat ukur kesuksesan adalah dilihat dari kemampuan kita membangun diri dan orang lain, misalnya dengan membuka lapangan kerja sebanyak mungkin. Kelebihan yang kita miliki digunakan untuk memajukan sanak saudara, tetangga, teman, pembantu, dan siapa saja yang mau maju dan membutuhkan.
Jika antara orang yang membantu dan orang yang dibantu memiliki kesamaan tata nilai; ibadah benar, akhlak baik, belajar tiada henti, serta kerja keras dengan cerdas dan ikhlas, maka apa yang telah dihasilkan oleh keduanya akan digunakan untuk membantu sesama. Semua orang akan senang untuk menolong saudaranya. Maka terjadilah sebuah sinergi.
Ketujuh, bersihkan hati selalu. Untuk apa kita harus selalu membersihkan hati? Apa yang kita lakukan, dari B yang pertama hingga B yang keenam jika tidak diiringi dengan selalu membersihkan hati, maka dikhawatirkan akan timbul ujub atau bahkan yang lebih besar lagi yaitu takabur. Jika semuanya menjadikan kita ujub, maka sia-sialah apa yang telah dilakukan. Allah tidak akan menerima amal seseorang kecuali ada keikhlasan di dalamnya. Kita tidak perlu merasa paling bisa, berjasa, dan paling mulia, karena semuanya adalah karunia Allah semata.
Kita harus bersyukur dijadikan jalan kesuksesan atau kemudahan bagi orang lain oleh Allah. Inilah orang yang akan sukses karena tidak ada dalam dirinya rasa ujub dan sikap takabur dengan segala prestasi yang diraihnya. Apalah artinya kita mendapat banyak hal bila kita tidak mendapat ridha dari Allah karena kesombongan kita.
Jika kita laksanakan tujuh langkah dari rumus ini maka akan menjadi mantap upaya pencapaian tujuan untuk membangun bangsa ini. Kita harus sama-sama belajar menerapkan kiat ini dalam diri kita dan keluarga. Jika sedikit demi sedikit upaya yang kita lakukan telah membuahkan hasil, maka kita jangan sampai hanya jadi jago kandang saja. Kita harus berani menerapkannya di luar lingkungan keluarga kita. Jangan takut dengan lingkungan kita jika fondasi diri kita sudah kuat.
Mudah-mudahan semua kiat ini dapat menjadi salah satu solusi bagi setiap permasalahan dalam diri, keluarga dan lingkungan sekitar, atau bahkan bangsa Indonesia . Wallahua'lam.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar