SHALAT SUNNAH BERJAMAAH DAN MUNFARID
Standar Kompetensi :
12. Memahami tatacara berbagai sholat sunnah.
Kompetensi Dasar :
12.1.Menyebutkan pengetian dan ketentuan sholat sunnah berjamaah dan munfarid.
12.2. Menyebutkan contoh-contoh sholat sunnah berjamaah dan munfarid.
12.3. Mempraktekan sholat sunnah berjamaah dan munfarid dalam kehidupan sehari-hari.
Indikator :
- Menyebutkan pengertian berbagai sholat sunnah berjamaah dan munfarid.
- Macam-macam sholat sunnah berjamaah dan munfarid
- Ketentuan dan waktu sholat sunnah berjamaah dan munfarid
- Menyebutkan sholat sunnah yang harus dikerjakan secara berjamaah.
- Menyebutkan sholat sunnah yang dikerjakan secara munfarid
- Menyebutkan sholat sunnah yang boleh dikerjakan secara berjamaah atau munfarid
- Mempraktikan sholat sunnah berjamaah dan munfarid.
- Membiasakan melakukan sholat sunnah dalam kehidupan sehari-hari
——–
Salat sunah dikelompokkan
menjadi dua, yaitu: salat sunah jama’ah dan salat sunat munfarid. Shalat
sunah berjama’ah adalah salat yang dikerjakan secara bersama salah satu
menjadi imam dan yang lain menjadi makmum dengan syarat yang telah
ditentukan.Salat sunah munfarid adalah salat yang dilakukan sendirian.
Di antara jenis shalat sunah
terdapat shalat sunah yang dapat dilaksanakan secara berjamaah,
munfarid, dan ada yang dilaksanakan berjamaah maupun munfarid.
Shalat Sunah Berjamaah
|
Shalat Sunah dengan berjamaah atau munfarid
|
Shalat Sunah Munfarid
|
- Shalat Idain (Shalat Idul Fitri dan Idul Adha)- Shalat Istisqa’- Shalat Kusuf (Gerhana Matahari) dan Khusuf (gerhana Bulan) |
- Shalat Tarawih- Shalat Witir- Shalat Dhuha- Shalat Tahajud |
- Shalat Rawatib- Shalat Tahiyatul Masjid- Shalat Istikharah – Shalat Tasbih- Shalat Hajat |
A. SHALAT SUNNAH BERJAMAAH
Shalat sunah berjama’ah adalah salat yang
dikerjakan secara bersama salah satu menjadi imam dan yang lain menjadi
makmum dengan syarat yang telah ditentukan.
Shalat sunnah berjamaah adalah shalat
Idain, Shalat Tarawih, Shalat Witir, Shalat Istisqa’ (minta hujan),
shalat Gerhana Matahari (Kusuf) dan shalat Gerhana Bulan (Khusuf)
1. SHALAT ‘IDAIN.
a. Pengertian dan hukum
Idain artinya dua hari raya. Yang
dimaksud shalat Idain adalah shalat pada waktu dua hari raya yakni
Hari Raya Idul fitri (1 syawal) dan Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah).
Adapun hukum melaksanakannya adalah sunah muakkad yaitu sunnah yang sangat dianjurkan.
Rasulullah SAW bersabda:
أَمَرَنَا – تَعْنِى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ
نُخْرِجَ فِى الْعِيدَيْنِ الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ وَأَمَرَ
الْحُيَّضَ أَنْ يَعْتَزِلْنَ مُصَلَّى الْمُسْلِمِينَ.
artinya:“Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam memerintahkan kepada kami pada saat shalat ‘ied (Idul Fithri
ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis (yang baru beranjak
dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang sedang haidh.
Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk menjauhi
tempat shalat.”
b. Waktu dan tempat pelaksanaan
Waktu mengerjakan shalat sunah Idul Fitri adalah setelah
terbitnya matahari dua penggalah (kurang lebih 3 meter) sampai
tergelincirnya matahari. Sedangkan shalat Idul Adha dimulai setelah
matahari terbit satu penggalah. Adapun tempatnya sebaiknya dilakukan di
tanah lapang seperti yang dianjurkan oleh Nabi (kecuali ada halangan),
karena shalat Id itu untuk syiar agama. Namun sebagian ulama’
berpendapat lebih baik dikerjakan di Masjid, karena masjid itu tempat
yang mulia dan suci.
c. Cara Melaksanakan Sholat ‘Ied
1. Niat dalam hati.
lafal niatnya adalah:
اُصَلّى سُنةً لِعيدِ الفِطرِ / الأضْحى رَكعَتينِ مَأمُومًا / إمَامًا لله تعالى
Artinya: Saya niat sholat sunah Idul Fitri/Adha dua rakaat dengan menjadi makmum/imam karena Allah Ta’ala.”
2. Takbiratul ihram.
3. Membaca doa iftitah.
4. Takbir 7x pada rakaat pertama dan 5x pada rakaat kedua dan diantara takbir membaca tasbih:
سُبْحَانَ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَاَللَّهُ أَكْبَرُ
5. Membaca ta’awudz
6. Membaca surat al Fatihah
7. Membaca
surat al Qur’an. Sebaiknya surat Qaaf pada rakaat pertama dan surat
Iqtarabat pada rakaat kedua. atau surat al A’laa pada rakaat pertama dan
surat al Ghasyiyah pada rakaat kedua.
8. Setelah shalat Id dilanjutkan dengan khutbah
d. Hal-hal yang disunahkan pada saat hari raya adalah:
1. Memperbanyak
Takbir. Pada hari raya ‘Idul Fitri disunahkan memperbanyak takbir
dimulai sejak terbenamnya matahari dan berakhir ketika imam memulai
shalat ‘id. Sedangkan pada hari ‘Idul Adha disunahkan memperbanyak
takbir setiap selesai mengerjakan shalat fardlu, shalat rawatib, shalat
sunah mutlak, dan shalat janazah. dan berakhir sampai waktu Ashar
tanggal 13 Dzulhijjah.
Bacaan takbir yang dimaksud adalah:
اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ
اِلٰهَ اِلاَّ اللهُ، وَاللهُ اَكْبَرُ، اَللهُ اَكْبَرُ وَ ِللهِ
الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كبيراً وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْراً،
وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهْ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ،
وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلٰهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَِللهِ الْحَمْدُ.
2. Mandi dengan niat untuk melaksanakan shalat hari raya:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِعِيْدِ الْفِطْرِ / اْلأَضْحٰى سُنَّةً ِللهِ تَعَالٰى
3. Berangkat pagi-pagi, kecuali bagi imam disunahkan berangkat ketika shalat hendak dilaksanakan.
4. Berhias diri dengan memakai wangi-wangian, pakaian yang bagus, memotong kuku, serta menghilangkan bau yang tidak sedap.
5. Menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.
6. Makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat ‘Idul Fitri, sedangkan pada ‘Idul Adha, sunah melakukan shalat terlebih dahulu.
7. Tahniah (ungkapan suka cita) atas datangnya hari raya disertai dengan berjabat tangan. Seperti lafadh:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْك
8. Menjawab ucapan suka cita (tahni’ah) dengan bacaan:
تَقَبَّلَ اللهُ مِنْكُمْ، أَحْيَاكُمُ اللهُ ِلأَمْثَالِهِ، كُلَّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ.
—-
2. SHALAT TARAWIH
a. Pengertian Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah shalat sunah yang
dilaksanakan khusus pada malam hari bulan Ramadhan. Shalat tarawih
merupakan amalan sunah pada bulan Ramadhan di samping ibadah-ibadah
lain seperti memperbanyak tadarus Al Quran, berzikir, berdoa, mendalami
ilmu agama dengan mengikuti pesantren kilat, dan sebagainya. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b. Hukum Shalat Tarawih
Hukum melaksanakannya adalah sunah muakkad, sebagaimana hadis Rasulullah SAW :
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَاباً
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخارى ومسلم)
artinya :“Dari Abu Hurairah r.a.,
Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang melaksanakan shalat pada
malam hari di bulan Ramadhan dengan dilandasi iman dan semata-mata
mengharap ridha Allah SWT maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Bilangan rakaat Shalat Tarawih
Ada perbedaan pendapat mengenai jumlah
rakaat shalat Tarawih di kalangan umat Islam. Akan tetapi, perbedaan
tersebut tidak penting dan tidak perlu diperdebatkan. Hal yang penting
adalah bagaimana shalat Tarawih tetap dilaksanakan umat Islam.
Perbedaan yang dimaksud sebagai berikut :
1) Delapan rakaat ditambah Witir
Pendapat ini diambil dari keterangan
bahwa Rasulullah s.a.w shalat Tarawih bersama para sahabat di masjid
tiga kali selama hidupnya. Sesudah itu beliau tidak melakukan lagi
secara berjamaah di masjid tetapi melaksanakannya di rumah. Rasulullah
s.a.w khawatir apabila suatu saat nanti shalat tarawih dianggap ibadah
wajib. Jumlah rakaat yang dilakukan bersama sahabat di masjid tersebut
adalah delapan rakaat ditambah Witir. Keterangaan ini berdasarkan pada
hadits berikut :
صَلَّى بِهِمْ ثَمَانَ رَكَعَاتٍ ثُمَّ اَوْتَرَ (اخرجه ابن حبان) عَنْ جَابِرٍ اَنَّهُ
artinya
: “Diriwayatkan dari Jabir sesungguhnya Rasulullah s.a.w shalat
bersama-sama mereka delapan rakaat kemudian beliau shalat witir”. (HR.
Ibnu Hibban)
2) Dua puluh rakaat ditambah Witir
Mengenai jumlah rakaat shalat tarawih
yang 20 rakaat dilanjutkan dengan witir dilakukan oleh Khalifah Umar
bin Khattab dan diikuti oleh para sahabat yang lain. Tentang jumlah
rakaat yang dilakukan oleh Umar bin Khattab ini tidak pernah
dipermasalahkan oleh para sahabat saat itu. Jadi, sampai sekarang pun
umat Islam ada yang mengikutinya.
3) Tiga puluh enam rakaat ditambah Witir
Mengenai jumlah rakaat shalat tarawih 36
rakaat dilanjutkan dengan witir dilakukan oleh Khalifah Umar bin Abdul
Aziz yang merupakan salah satu Khalifah Bani Umayyah.
Dari ketiga pendapat di atas menunjukkan
bahwa perbedaan rakaat dalam pelaksanaan shalat tarawih di kalangan
umat merupakan sesuatu yang tidak perlu dipermasalahkan. Apalagi sampai
terjadi pertikaian hanya karena perbedaan ini. Padahal sejak dahulu
perbedaan ini telah ada dan tidak timbul masalah. Yang terpenting
adalah umat Islam dapat melaksanakan shalat tarawih dengan baik.
Sedangkan berapa jumlah rakaatnya terserah kepada masing-masing sesuai
dengan pengetahuan dan keyakinannya untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT di bulan Ramadhan yang penuh berkah.
d. Cara melaksanakan Shalat Tarawih
Waktu pelaksanaannya setelah shalat isya sampai dengan fajar sidiq (menjelang waktu subuh).
Shalat Tarawih ini dikerjakan seperti
shalat biasa lainnya baik mengenai bacaannya maupun gerakan-gerakannya
dan pada setiap dua rakaatnya ditutup dengan salam. hanya niat yang
membedakan. yakni ;
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ اِمَامًا ِللهِ تعَالَى
artinya : “Aku niat Salat Tarawih dua rakaat menjadi imam karena Allah Ta’ala”
Niat Shalat Tarawih untuk Imam :
أُصَلِّى سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا ِللهِ تَعَالَى
artinya :Saya sengaja niat shalat Tarawih dua rakaat (sebagai makmum) karena Allah Ta’ala
Setelah selesai shalat Tarawih lalu
diteruskan shalat Witir, sekurang-kurangnya satu rakaat tetapi pada
umumnya dikerjakan tiga rakaat dengan dua salam atau satu salam.
Adapun surat yang dibaca sesudah
Al-Fatihah pada tiap-tiap rakaat boleh surat apa saja yang dikehendaki,
tetapi di utamakan pada setiap rakaat yang kedua sesudah membaca surat
Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlash.
3. Shalat dua rakaat seperti biasa.
- Diutamakan secara berjamaah tetapi boleh juga dilaksanakan sendirian (munfarid)
– Lebih utama setiap dua rakaat
salam. Namun, apabila dilaksanakan empat rakaat tidak perlu ada
tasyahud awal supaya tidak menyerupai shalat fardu.
Do’a setelah shalat Tarawih
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ
سُلْطَانِكَ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا
بِاْلإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ، وَلِفَرَائِضِكَ مُؤَدِّيْنَ، وَعَلَى
الصَّلَوَاتِ مُحَافِظِيْنَ، وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ، وَلِمَا عِنْدَكَ
طَالِبِيْنَ، وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَبِالْهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ،
وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ، وَفِى الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ، وَفِى
اْلآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَبِالنَّعْمَاءِ
شَاكِرِيْنَ، وَعَلَى الْبَلاَيَا صَابِرِيْنَ، وَتَحْتَ لِوَاءِ
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ e يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَعَلَى
الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ، وَفِى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ، وَعَلَى سَرِيْرَةِ
الكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ، وَبِحُوْرٍ عِيْنٍ مُتَزَوِّجِيْنَ، وَمِنْ
سُنْدُسٍ وَإِسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَمِنْ طَعَامِ
الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفَّيْنِ شَارِبِيْنَ،
بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْنٍ، مَعَ الَّذِيْنَ
أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ
وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِيْ
هذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ
الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ
الْمَرْدُوْدِيْنَ، إِلهَنَا عَافِنَا وَاعْفُ عَنَّا، وَاغْفِرْ لَنَا
وَلِوَالِدِيْنَا وَلأُمَّهَاتِنَا، وَلإِخْوَانِنَا وَلأَخَوَاتِنَا،
وَلأَزْوَاجِنَا وَلأَهْلِيْنَا َوِلأَهْلِ بَيْتِنَا، وَلأَجْدَادِنَا
وَلِجَدَّاتِنَا، وَلأَسَاتِذَتِنَا وَلِمَشَايِخِنَا وَلِمُعَلِّمِيْنَا،
وَلِمَنْ عَلَّمْنَاهُ وَلِذَوِى الْحُقُوْقِ عَلَيْنَا، وَلِمَنْ
أَحَبَّنَا وَأَحْسَنَ إِلَيْنَا، وَلِمَنْ هَدَانَا وَهَدَيْنَاهُ إِلَى
الْخَيْرِ، وَلِمَنْ أَوْصَانَا وَوَصَّيْنَاهُ بِالدُّعَاءِ، وَلِجَمِيْعِ
الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ،
الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ.
اللَّهُمَّ السَّلاَمَةَ
وَالْعَافِيَةَ عَلَيْنَا وَعَلَيْهِمْ، وَعَلَى عَبِيْدِكَ الْحُجَّاجِ
وَالْمُعْتَمِرِيْنَ وَالغُزَاةِ وَالزُّوَّارِ وَالمُسَافِرِيْنَ، فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَالْجَوِّ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَقِنَا شَرَّ
الظَّالِمِيْنَ، وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ، يَا
مُجِيْبَ السَّائِلِيْنَ، وَاخْتِمْ لَنَا يَا رَبَّنَا مِنْكَ بِخَيْرٍ،
يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Artinya: Ya Allah, jadikanlah kami
orang-orang yang sempurna imannya, yang melaksanakan kewajiban-
kewajiban terhadap-Mu, yang memelihara shalat, yang mengeluarkan zakat,
yang mencari apa yang ada di sisi-Mu, yang mengharapkan ampunan-Mu, yang
berpegang pada petunjuk, yang berpaling dari kebatilan, yang zuhud di
dunia, yang menyenangi akherat , yang ridha dengan ketentuan, yang
ber¬syukur atas nikmat yang diberikan, yang sabar atas segala musibah,
yang berada di bawah panji-panji junjungan kami, Nabi Muhammad, pada
hari kiamat, sampai kepada telaga (yakni telaga Nabi Muhammad) yang
masuk ke dalam surga, yang duduk di atas dipan kemuliaan, yang menikah
de¬ngan para bidadari, yang mengenakan berbagai sutra ,yang makan
makanan surga, yang minum susu dan madu yang murni dengan gelas,
cangkir, dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari para
nabi, shiddiqin, syuhada dan orang-orang shalih. Mereka itulah teman
yang terbaik. Itulah keutamaan (anugerah) dari Allah, dan cukuplah bahwa
Allah Maha Mengetahui.
Ya Allah, jadikanlah kami pada
malam yang mulia dan diberkahi ini tergolong orang-orang yang bahagia
dan diterima amalnya, dan janganlah Engkau jadikan kami tergolong
orang-orang yang celaka dan ditolak amalnya,
Semoga Allah mencurahkan rahmat-Nya
atas penghulu kita Muhammad, keluarga beliau dan shahabat beliau
semuanya, berkat rahmat-Mu, oh Tuhan, Yang Paling Penyayang di antara
yang penyayang.Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.
———
3 . SHALAT WITIR
a. Pengertian Shalat Witir
Witir artinya ganjil.
Shalat Witir artinya shalat sunah yang dikerjakan pada malam hari
setelah shalat Isya’ dengan bilangan rakaatnya ganjil baik di bulan
Ramadan maupun diluar bulan Ramadan.
Rasulullaâh shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda :
اجْعَلُوا آجِرَ صَلاَتِكُمْ بِاللَّيْلِ وِتْرًا
Artinya :Jadikanlah akhir shalat kamu di malam hari dengan shalat Witir. (H.R. Muttafaq Alaih)
.
b. Tata Cara Melaksanaan Shalat Witir
Mengerjakan Shalat witir itu rakaatnya ganjil, minimal 1 rakaat, dan maksimal 11 rakaat.
Tata cara pelaksanaan shalat witir sebagai berikut :
- waktunya pada malam hari setelah shalat isya’. Pada bulan Ramadan setelah shalat Tarawih.
- dilaksanakan secara berjamaah atau sendirian (munfarid)
- jumlah rakaatnya ganjil
- Dalam pelaksanaannya ada dua macam niat, yakni niat untuk shalat 2 rakaat dan ditutup dengan niat untuk shalat 1 rakaat.
- Berniat shalat witir 2 atau 1 rakaat
Bacaan niatnya apabila diucapkan adalah :
Niat Shalat Witir 2 rakaat untuk Imam
أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ اِمَامًا للهِ تَعَالَى
artinya : “Saya berniat shalat witir dua rakaat menjadi imam karena Allah Ta’ala”
Niat Shalat Witir 2 rakaat untuk Makmum
أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَال
artinya: Saya berniat shalat witir dua rakaat menjadi makmum karena Allah Ta’ala.
Niat Shalat Witir 1 rakaat untuk Imam
أُصَلِّي سُنَّةً الْوِتْرِ رَكْعَةَ اِمَامًا للهِ تَعَالى
artinya: Saya berniat shalat satu rakaat witir menjadi imam karena Allah Ta’ala.
Niat Shalat Witir 1 rakaat untuk Makmum
أُصَلِّي سُنَّةً الْوِتْرِ رَكْعَةَ مَأْمُوْمًا للهِ تَعَالى
artinya: Saya berniat shalat satu rakaat witir menjadi makmum karena Allah Ta’ala.
- Takbiratul ihram
- Shalat 2 rakaat atau 1 rakaat seperti biasa.
- Salam.
c. Do’a setelah shalat Witir
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ
إِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا
نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً
صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ
وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ
الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَى عَنِ النَّاسِ.
اَللَّهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ
مِنَّا صَلاَتَنَا وصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخَشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا
وَتَعَبُّدَنَا، وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللَّهُ، يَا اَللَّهُ، يَا
اَللَّهُ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، سُبْحَانَ
رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Artinya: Ya Allah, ya Tuhan kami, kami
memohon kepada-Mu (mohon diberi) iman yang lenggeng, dan kami mohon
kepada-Mu hati kami yang khusyu’, dan kami mohon kepada-Mu diberi ilmu
yang bermanfaat, dan kami mohon ditetapkannya keyakinan yang benar, dan
kami mohon (dapat melaksanakan) amal yang shalih dan mohon tetap dalam
agama islam, dan kami mohon diberinya kebaikan yang melimpah-limpah, dan
kami mohon memperoleh ampunan dan kesehatan, dan kami mohon kesehatan
yang sempurna, dan kami mohon mensyukuri atas kesehatan kami, dan kami
mohon kecukupan. Ya Allah ya Tuhan kami, terimalah shalat kami, puasa
kami, rukuk kami, dan khusyu’ kami, dan pengabdian kami, dan
sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama shalat, ya Allah, yaAllah,
ya Allah Dzat yang Maha Pengasih dan Penyayang, semoga Allah memberi
kesejahteraan atas sebaik-baik makhluk-Nya yaitu Nabi Muhammad, atas
keluarga dan semua sahabatnya, dan segala puji bagi Allah Tuhan semesta
alam.
————-
1. SHALAT ISTISQA’ (Shalat minta hujan)
Shalat Istisqa’ adalah shalat sunnat 2 rakaat yang dilakukan untuk memohon turunnya hujan kepada Allah SWT.
Shalat Istisqa’ hukumnya sunnah muakkad (sangat ditekankan) ketika terjadi musim kering, karena Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam memerintahkan hal tersebut
رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَوْمَ خَرَجَ يَسْتَسْقِي قَالَ فَحَوَّلَ إِلَى النَّاسِ ظَهْرَهُ
وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ يَدْعُو ثُمَّ حَوَّلَ رِدَاءَهُ ثُمَّ صَلَّى
لَنَا رَكْعَتَيْنِ جَهَرَ فِيهِمَا بِالْقِرَاءَةِ
artinya:Saya melihat Nabi
saw tatkala pergi ke tanah lapang untuk shalat istisqa’ beliau palingkan
punggungnya menghadap para sahabat dan kiblat sambil berdo’a, lalu
beliau palingkan selendangnya, kemudian shalat dengan kami du’a rekaat
dengan suara yang keras ketika membaca ayat.
a. Adab Sebelum Shalat Istisqa
- Berpuasa 4 hari berturut-turut, karena doa orang berpuasa tidak akan ditolak.
- Menjauhkan dari kezaliman dan taubat.
- Banyak berbuat baik dan bersedekah.
- Pada hari ke-4 keluar menuju tempat shalat dengan mengajak anak-anak, orang tua, dan binatang ternak, memakai pakaian sederhana.
b. Tata Cara Melaksanakan Shalat Istisqa’
- Berniat dalam hati melakukan Shalat Istisqa. Jika diucapkan lafal niatnya sbb:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ اْلإِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
artinya: Aku niat Shalat sunnah istisqa dua rakaat karena Allah ta’ala.
- Shalat dua rakaat, sebagaimana shalat ‘Id, rakaat pertama takbir 7 kali dan rakaat kedua takbir 5 kali.
- Rakaat pertama disunnahkan membaca surat Al-A’la dan rakaat kedua surat Al-Ghasiyah
- Setelah shalat, diteruskan dengan khutbah dua kali.
- Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat dua tangan.
- Dianjurkan doa Istisqa
- Bertawasul dengan amal shalih
- Khusus untuk kaum lelaki disunnahkan memindahkan dan membalikkan selendang atau sorbannya.
- Dianjurkan imam keluar bersama masyarakat.
- Dianjurkan membawa binatang ternak.
Doa setelah Shalat Istisqa :
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ اَلْعَالَمِينَ, اَلرَّحْمَنِ
اَلرَّحِيمِ, مَالِكِ يَوْمِ اَلدِّينِ, لَا إِلَهَ إِلَّا اَللَّهُ
يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ, اَللَّهُمَّ أَنْتَ اَللَّهُ, لَا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ, أَنْتَ اَلْغَنِيُّ وَنَحْنُ اَلْفُقَرَاءُ, أَنْزِلْ عَلَيْنَا
الْغَيْثَ, وَاجْعَلْ مَا أَنْزَلْتَ قُوَّةً وَبَلَاغًا إِلَى حِينٍ
اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ اسْقِنَا اللَّهُمَّ
اسْقِنَا, اللَّهُمَّ اسْقِنا غَيْثاً مُغِيثاً هَنِيئاً مَرِيئاً غَدَقاً
مُجَلِّلاً سَحّاً عامّاً طَبَقاً دَائِماً؛ اللَّهُمَّ على الظِّرَابِ
وَمَنابِتِ الشَّجَرِ، وَبُطُونِ الأوْدِيَةِ؛ اللَّهُمَّ إنَّا
نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفّاراً، فأرْسلِ السَّماءَ عَلَيْنا
مِدْرَاراً؛ اللَّهُمَّ اسْقِنا الغَيْثَ وَلا تَجْعَلْنا مِنَ
القَانِطِينَ. اللهم إنَّ بِالعِبادِ والبِلادِ والبهائم والخلق من
اللأواء والجهد والضنك ما لا نشكوه إلا إليك. اللَّهُمَّ أنْبِتْ لَنا
الزَّرْعَ، وَأدِرَّ لَنا الضَّرْعَ، وَاسْقِنا مِنْ بَرَكاتِ السَّماءِ،
وأنْبِتْ لَنا مِنْ بَرَكاتِ الأرْضِ؛ اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الجَهْدَ
وَالجُوعَ والعُرْيَ، واكْشِفْ عَنَّا مِنَ البَلاءِ ما لا يَكْشِفُهُ
غَيْرُكَ
اللهم اسقنا الغيثَ وانصرنا على الأعداء. اللهم أنت
أمرتنا بدعائك ووعدتنا إجابتك، وقد دعوناك كما أمرتنا فأجبنا كما وعدتنا،
اللهم امنن علينا بمغفرة ما قارفنا، وإجابتك في سقيانا، وسعة رزقنا:
artinya:
Segala puji bagi Allah Rabbul ‘alamin yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang merajai hari pembalasan, tidak ada Tuhan selain Allah
yang melakukan apa yang Ia kehendaki, ya Allah Engkaulah Allah tidak ada
Tuhan selain Engkau, Engkau Mahakaya dan kami orang-orang fakir,
turunkanlah pada kami hujan, dan jadikan apa yang Engkau turunkan
sebagai kekuatan dan bekal hingga suatu batas yang lama.
Ya Allah, turunkan bagi kami hujan 3x, Ya
Allah, turunkan bagi kami hujan yang menyuburkan, menyejahterakan,
bermanfaat, mengalir dari atas ke bawah merata, dan terus-menerus
kebaikannya bagi negeri dan penghuninya. Ya Allah pada pegunungan,
Shalallahu ‘Alaihi wa Sallamah ladang dan danau-danau. Ya Allah kami
beristighfar kepada-Mu, sesungguhnya Engkau penerima ampun, turunkan
kepada hujan dari langit yang terus menerus memberikan kebaikan. Ya
Allah turunkanlah hujan dan jangan jadikan kami termasuk orang-orang
yang putus asa. Ya Allah negeri dan penduduknya mengalami kesulitan,
kesengsaraan, kesempitan dan kami tidak mengadu kecuali kepada-Mu. Ya
Allah tumbuhkanlah bagi kami tanaman, suburkanlah susu-sus ternak kami,
turunkanlah hujan dari keberkahan langit dan tumbuhkanlah tanaman dari
keberkahan bumi. Ya Allah angkatlah dari kami kesusahan, kelaparan, dan
terbukanya aurat, singkapkan dari kami musibah dan tidak ada yang dapat
menyingkapkannya kecuali Engkau.
Ya Allah turunkanlah hujan dan tolonglah
kami atas musuh. Ya Allah Engkau telah memerintahkan kami untuk berdoa,
dan berjanji untuk mengabulkan. Dan kami telah berdoa sebagaimana engkau
perintahkan, maka kabulkanlah sebagaimana Engkau telah janjikan. Ya
Allah berikanlah anugerah ampunan-Mu atas kesalahan kami, dan kabulkan
hujan untuk kami dan kelapangan rezeki.
——
2. SHALAT GERHANA MATAHARI (Kusuf) dan SHALAT GERHANA BULAN (Khusuf)
Shalat kusuf atau shalat khusuf adalah shalat yang dikerjakan dengan tata cara tertentu karena terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan.
Hukum shalat gerhana adalah sunnah mu’akkad sebagaimana shalat gerhana matahari dan dilakukan secara berjamaah.
Nabi SAW bersabda:
فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
artinya: Jika kalian melihat kedua gerhana yaitu gerhana matahari dan bulan, bersegeralah menunaikan shalat.” (HR. Bukhari)
c. Tata cara melaksanakan shalat gerhana adalah sebagai berikut:
Lafal Niat shalat gerhana matahari (Shalat Kusuf) :
أُصَلِّيْ سُنَّةَ لِكُسُوْفِ الشَّمسِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
artinya:“ Aku niat Shalat sunnah gerhana matahari dua rakaat karena
Allah ta’ala Lafal Niat shalat gerhana bulan (Shalat Khusuf):
أُصَلِّيْ سُنَّةَ لِخُسُوْفِ الْقَمَرِ رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
artinya: Aku niat Shalat sunnah gerhana bulan dua rakaat karena Allah ta’ala.
2. Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa.
Membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah
dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil
dijaharkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih)
3. Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.
4. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal)
5. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan
dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang
kedua ini lebih singkat dari yang pertama.
6. Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ sebelumnya.
7. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
8. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara dua sujud kemudian sujud kembali.
9. Kemudian bangkit dari sujud lalu
mengerjakan raka’at kedua sebagaimana raka’at pertama hanya saja bacaan
dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari sebelumnya.
10.Salam.
11. Setelah itu imam menyampaikan khutbah
kepada para jama’ah yang berisi anjuran untuk berdzikir, berdo’a,
beristighfar, sedekah, dan membebaskan budak.
Apabila gerhana masih berlangsung setelah
shalat selesai, maka hendaklah berdzikir kepada Allah dan berdoa sampai
gerhana berakhir, dan tidak mengulang shalat. Apabila gerhana selesai
dan dia masih shalat hendaknya dia sempurnakan shalatnya dengan khafifah
(dipercepat), tidak berhenti shalat begitu saja.
——–
B. SHALAT SUNAH MUNFARID
Shalat sunah munfarid adalah
shalat sunah yang lebih baik dilakukan dengan cara sendirian, tidak ada
imam atau makmum.
Berikut contoh shalat sunah Munfarid :
1. SHALAT TAHIYATUL MASJID
a. Pengertian Shalat Tahiyatul Masjid.
Shalat Tahiyatul Masjid adalah shalat
sunah yang dilaksanakan ketika seseorang memasuki masjid. Hukum
melaksanakannya adalah sunah, dikerjakan 2 rakaat sebelum duduk dengan
tujuan menghormati (memuliakan) masjid. Nabi Saw bersabda:
إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ الْمَسْجِدَ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يَجْلِسَ
artinya:Jika salah seorang dari kalian masuk masjid, maka
hendaklah dia shalat dua rakaat sebelum dia duduk.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
b. Cara melaksanakan shalat Tahiyatul Masjid
1. Berniat shalat Tahiyatul Masjid Bacaan niatnya apabila diucapkan adalah :
أُصَلِّي سُنَّةً تَحِيَّةَ الْمَسْجِدِ رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعَالى
artinya: Saya berniat shalat tahiyat masjid dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
2. Takbiratul ihram
3. Shalat dua rakaat seperti biasa.
4. Salam.
———-
2. SHALAT TAHAJUD
a. Pengertian Shalat Tahajud
Tahajud berarti bangun dari
tidur pada malam hari. Jadi shalat Tahajud adalah shalat sunah yang
dikerjakan pada malam hari setelah shalat Isya’ sampai menjelang waktu
Subuh. Lebih utama dikerjakan sepertiga malam yang terakhir (kira-kira
jam 02.00 dini hari). Hukum melaksanakan shalat Tahajjud adalah sunnah
muakkad. Jumlah rakaatnya paling sedikit 2 rakaat dan paling banyak tak
terbatas. Firman Allah SWT
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
artinya :“Dan pada sebagian malam hari (shalat) Tahajudlah kamu
sebagai (ibadah) tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu memberikan
tempat (kedudukan) yang terpuji (Q.s. Al-Isra’ : 79) Waktu
pelaksanaan shalat tahajjud adalah mulai setelah Isya’ sampai sepertiga
akhir malam. Ulama membagi waktu tahajjud menjadi tiga, yaitu:
- Sepertiga malam pertama. Dari jam 19.00 sampai jam 22.00
- Sepertiga malam kedua. Dari jam 22.00 sampai 01.00
- Seperti malam ketiga. Dari jam 01.00 sampai masuknya waktu subuh.
b. Cara menlaksanakan shalat Tahajud
- Berniat dalam hati melaksanakan shalat Tahajud, jika dilafalkan :
أُصَلِّي سُنّةَ التَهَجُدِ رَكْعَتَيْنِ ِللَهِ تَعَاليَ
artinya: Saya berniat mengerjakan shalat Tahajud dua rakaat karena Allah Ta’ala.
- Takbiratul Ihram.
- Shalat 2 rakaat seperti shalat-shalat yang lain.
- Salam
Berdo’a setelah Shalat tahajud.
اَللّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُوْرُ السَّمَاوَاتِ
وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ قَيِّمُ
السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ
رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ لَكَ
مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ، وَلَكَ الْحَمْدُ
أَنْتَ مَلِكُ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ، أَنْتَ
الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ
الْحَقُّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ،
وَمُحَمَّدٌ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ، اَللّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ،
وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ
خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ. فَاغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ وَمَا
أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ، أَنْتَ الْمُقَدِّمُ
وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَنْتَ إِلٰهِيْ لاَ
إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ
artinya: “Ya, Allah! Bagi-Mu segala
puji, Engkau cahaya langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala puji,
Engkau yang mengurusi langit dan bumi serta seisinya. Bagi-Mu segala
puji, Engkau Tuhan yang menguasai langit dan bumi serta seisinya.
Bagi-Mu segala puji dan bagi-Mu kerajaan langit dan bumi serta
seisi-nya. Bagi-Mu segala puji, Engkau benar, janji-Mu benar, firman-Mu
benar, bertemu dengan-Mu benar, Surga adalah benar (ada), Neraka adalah
benar (ada), (terutusnya) para nabi adalah benar, (terutusnya) Muhammad
adalah benar (dari- Mu), peristiwa hari kiamat adalah benar. Ya Allah,
kepada-Mu aku pasrah, kepada-Mu aku bertawakal, kepada-Mu aku beriman,
kepada-Mu aku kembali (bertaubat), dengan pertolongan-Mu aku berdebat
(kepada orang-orang kafir), kepada-Mu (dan dengan ajaran-Mu) aku
menjatuhkan hukum. Oleh karena itu, ampunilah dosaku yang telah lalu dan
yang akan datang. Engkaulah yang mendahulukan dan mengakhirkan, tiada
Tuhan yang hak disembahkecuali Engkau, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada
Tuhan yang hak disembah kecuali Engkau”. Ada baiknya pula membaca Do’a keselamatah dunia dan akhirat :
رَبَّنَاءَاتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْءَاخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
artinya : ”Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari
siksa neraka”.(QS, 2:201)
——–
3. SHALAT ISTIKHARAH
a. Pengertian Shalat Istikharah
Shalat Istikharah artinya
shalat sunah dua rakaat dengan maksud mohon petunjuk dari Allah SWT
dalam menentukan pilihan terbaik diantara dua pilihan atau lebih. Hukum
melaksanakannya adalah sunah dikerjakan pada waktu siang atau malam,
pagi atau sore dengan 2 rakaat. Nabi Saw bersabda:
عَنْ جَابِرٍ رضي الله عنه قَالَ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صلى
الله عليه وسلم يُعَلِّمُنَا الاسْتِخَارَةَ فِي الأُمُورِ كُلِّهَا كَمَا
يُعَلِّمُنَا السُّورَةَ مِنْ الْقُرْآنِ يَقُولُ إذَا هَمَّ أَحَدُكُمْ
بِالأَمْرِ فَلْيَرْكَعْ رَكْعَتَيْنِ مِنْ غَيْرِ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ
لِيَقُلْ
artinya: Rasulullah mengajarkan kami
ber-istikharah dalam seluruh perkara sebagaimana beliau mengajar kami
surat Al-Quran. Beliau bersabda, “Apabila kalian bermaksud sesuatu, maka
shalatlah dua raka’at sunnah kemudian berdoalah…” (HR. Bukhari)
b. Cara Mengerjakan shalat Istikhrah
- Beniat dalam hati melakukan shalat Istikharah, jika dilafalkan :
أُصَلِّي سُنَّةَ اْلإِسْتِخَارَةِ رَكْعَتَيْنِ للهِ تَعَالى
artinya: Saya berniat shalat sunah Istikharah dua rakaat karena Allah Ta’ala.
2. Takbiratul Ihram
3. Shalat dua rakaat seperti Shalat-Shalat yang lain
4. Salam dan membaca do’a
Doa setelah shalat istikharah
اللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْتَخِيْرُكَ بِعِلْمِكَ،
وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيْمِ،
فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ، وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ، وَأَنْتَ
عَلاَّمُ الْغُيُوْبِ. اَللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا
اْلأَمْرَ -وَيُسَمَّى حَاجَتَهُ- خَيْرٌ لِيْ فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ
وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاقْدُرْهُ لِيْ وَيَسِّرْهُ لِيْ ثُمَّ بَارِكْ
لِيْ فِيْهِ، وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا اْلأَمْرَ شَرٌّ لِيْ
فِيْ دِيْنِيْ وَمَعَاشِيْ وَعَاقِبَةِ أَمْرِيْ فَاصْرِفْهُ عَنِّيْ
وَاصْرِفْنِيْ عَنْهُ وَاقْدُرْ لِيَ الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ
أَرْضِنِيْ بِهِ
artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku
meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku
mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi persoalanku) dengan kemahakuasaanMu.
Aku mohon kepadaMu sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung, sesungguhnya
Engkau Mahakuasa, sedang aku tidak kuasa, Engkau mengetahui, sedang aku
tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang ghaib.
Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendaknya menyebut persoalannya)
lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terhadap diriku sukseskanlah
untuk ku, mudahkan jalannya, kemudian berilah berkah. Akan tetapi
apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku
dalam agama, perekonomian dan akibatnya kepada diriku, maka singkirkan
persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan kebaikan
untuk ku di mana saja kebaikan itu berada, kemudian berilah kerelaanMu
kepadaku.” Setelah shalat istikharah, biasanya di dalam hati timbul rasa
tenang dan mantap terhadap salah satu pilihan yang ada. Bisa juga hasil
istikharah diketahui lewat mimpi, dengan isyarat dan simbol-simbol
tertentu. Kalau masih ragu, istikharah dapat diulang dua atau tiga kali.
——
4. SHALAT DHUHA
a. Pengertian Shalat Dhuha
Shalat Dhuha adalah shalat sunnah yang
dilaksanakan pada pagi sampai siang hari. Dari setelah matahari agak
tinggi sampai sebelum masuk waktu dzuhur. Waktu terbaik adalah dengan
mengakhirkan sampai waktu agak siang (panas). Kira-kira antara jam 8
sampai jam 10. Hukum salat Duha adalah sunnah muakkad. Jumlah rakaatnya
paling sedikit dua, rakaat dan paling banyak dua belas rakaat, yang
paling utama delapan rakaat. Rasulullah Saw bersabda:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ
أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيدَةٍ
صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ
وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنْ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ
وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى
artinya:Dari Abu Dzar dari Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau telah bersabda, “Setiap hari
bagi setiap persendian dari salah seorang di antara kalian terdapat
kewajiban untuk bersedekah. Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid
adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah
sedekah, amar makruf nahi munkar adalah sedekah. Semua itu tercukupkan
dengan dua rakaat shalat yang dilakukan di waktu dhuha.” (HR. Muslim)
b. Cara melaksanakan salat Dhuha
- Beniat dalam hati melakukan shalat Dluha, jika dilafalkan :
اُصَلِّى سُنَّةَ الضَّحى رَكْعَتَيْنِ لِله تَعَالى.الله اَكْبَرُ
Artinya: Saya berniat shalat sunah Dluha dua rakaat karena Allah Ta’ala.
2. Takbiratul Ikhram
3. Shalat dua rakaat seperti shalat-shalat yang lain
4. Salam dan membaca do’a
اَللهُمَّ اِنَّ الضُّحَآءَ ضُحَاءُكَ، وَالْبَهَاءَ
بَهَاءُكَ، وَالْجَمَالَ جَمَالُكَ، وَالْقُوَّةَ قُوَّتُكَ، وَالْقُدْرَةَ
قُدْرَتُكَ، وَالْعِصْمَةَ عِصْمَتُكَ. اَللهُمَّ اِنْ كَانَ رِزْقَى فِى
السَّمَآءِ فَأَنْزِلْهُ وَاِنْ كَانَ فِى اْلاَرْضِ فَأَخْرِجْهُ وَاِنْ
كَانَ مُعَسَّرًا فَيَسِّرْهُ وَاِنْ كَانَ حَرَامًا فَطَهِّرْهُ وَاِنْ
كَانَ بَعِيْدًا فَقَرِّبْهُ بِحَقِّ ضُحَاءِكَ وَبَهَاءِكَ وَجَمَالِكَ
وَقُوَّتِكَ وَقُدْرَتِكَ آتِنِىْ مَآاَتَيْتَ عِبَادَكَ الصَّالِحِيْنَ
artinya: Wahai Tuhanku, sesungguhnya
waktu dhuha adalah waktu dhuha-Mu, keagungan adalah keagunan-Mu,
keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatan adalah kekuatan-Mu, penjagaan
adalah penjagaan-Mu, Wahai Tuhanku, apabila rezekiku berada di atas
langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam bumi maka keluarkanlah,
apabila sukar mudahkanlah, apabila haram sucikanlah, apabila jauh
dekatkanlah dengan kebenaran dhuha-Mu, kekuasaan-Mu (Wahai Tuhanku),
datangkanlah padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yang
soleh.
———
5. SHALAT TASBIH
Shalat tasbih (صلاه التسابيح) adalah
shalat sunnah 4 (empat) rakaat yang banyak mengandung ucapan tasbih
(subhanallah) di setiap gerakannya. Shalat Sunnah Tasbih adalah shalat
sunnat empat raka’at yang di dalamnya ada bacaan tasbih sebanyak 300
kali dan setiap raka’atnya ada bacaan tasbih sebanyak 75 kali, yang
dikerjakan paling tidak minimal sekali seumur hidup. Tetapi jika mampu
boleh mengerjakannya setahun sekali, sebulan sekali, seminggu sekali
atau setiap malam sekali.
a. Cara melaksanakan Shalat Tasbih
Shalat Tasbih bisa dikerjakan dengan dua cara:
– Dikerjakan di
siang hari yakni empat rakaat satu salam.
– Dikerjakan di malam hari yakni empat rakaat
dengan dua salam, yaitu tiap dua rakaat dengan satu salam.
Adapun Cara melaksanakan Shalat Tasbih sbb:
1. Berniat melakukan Shalat Tasbih
Lafaz niat Shalat Tasbih 4 rakaat:
اُصَلِّي سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ اَرْبَعَ رَكَعَاتٍ لِلَّهِ تَعَالَي اَللهُ أَكْبَرْ
artinya: Sengaja aku shalat sunnat tasbih empat rakaat karena Allah Ta’ala.
Lafaz niat Shalat Tasbih 2 rakaat:
اُصَلِّي سُنَّةَ التَّسْبِيْحِ رَكَعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَي. اَللهُ أَكْبَرْ
artinya: Sengaja aku shalat sunnat tasbih dua rakaat karena Allah Ta’ala.
2. Setelah membaca surat al-Fatihah dan surat lainnya sebelum rukuk membaca tasbih sebanyak 15 kali dengan lafaz:
وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ
أَكْبَرْ وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ
الْعَظِيْمِ سُبْحَانَ اللهِ
3. Ketika ruku’ sesudah membaca do’a ruku’ membaca tasbih 10 kali,
4. Ketika bangun dari ruku’ sesudah bacaan i’tidal membaca tasbih 10 kali,
5. Ketika sujud pertama sesudah membaca do’a sujud membaca tasbih 10 kali,
6. Ketika duduk diantara dua sujud sesudah membaca bacaan antara dua sujud membaca tasbih 10 kali
7. Ketika sujud yang kedua sesudah membaca do’a sujud membaca tasbih 10 kali,
8. Ketika bangun dari sujud yang kedua sebelum bangkit (duduk istirahat) membaca tasbih 10 kali.
Jumlah bacaan tasbih satu raka’at : 75 x tasbih
Jumlah total empat raka’at: 4 X 75 = 300 kali tasbih
Surat yang dibaca setelah membaca surat al-faatihah adalah:
- Pada raka’at pertama membaca surat “at-takaatsur”
- Pada raka’at kedua membaca surat
“al-‘ashr”
- Pada raka’at ketiga membaca surat “al-kaafiruun”
- Pada raka’at keempat
membaca surat “al-ikhlash”
Doa setelah Shalat Tasbih
اللّهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ تَوْفِيْقَ اَهْلِ اْلهُدَى
وَاَعْمَالَ اَهْلِ اْليَقِيْن وَمُنَاصَحَةَ اَهْلِ التَّوْبَةِ وَعَزَمَ
اَهْلِ الصَّبْرِ وَجَدَّ اَهْلِ الْخَشْيَةِ وَطَلَبَ اَهْلِ الرَّغْبَةِ
وَتَعَبُّدَ اَهْلِ الْوَرَعِ وَعِرْفَانَ اَهْلِ اْلعِلْمِ حَتىَّ
اَخَافَكَ . اللّهُمَّ اِنِّى اَسْئَلُكَ مَخَافَةً تُحْجِزُنِى عَنْ
مَعَاصِيْكَ حَتَّى اَعْمَلَ بِطَعَاتِكَ عَمَلاً اَسْتَحِقُ بِهِ رِضَاكَ
وَحَتَّى اُنَاصِحَكَ فِى التَّوْبَةِ خَوْفًا مِنْكَ وَحَتَّى اُخْلِصَ
لَكَ النَّصِيْحَةَ حُبًّالَكَ وَحَتَّى اَتَوَكَّلَ عَلَيْكَ فى
اْلأُمُوْرِ كُلِّهَا وَاُحْسِنَ الظَّنَّ بِكَ . سُبْحَانَ خَالِقِ
النُّوْرِ رَبَّنَا اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَغْفِرْلَنَا اِنَّكَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْر بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن .
———–
6. SHALAT SUNNAH RAWATIB
a. Pengertian Shalat Sunnah Rawatib
Shalat Sunnah Rowatib adalah
shalat sunah yang waktu pelaksanaannya mengiringi shalat fardu lima
waktu. Shalat tersebut dilakukan sebelum atau sesudah shalat fardu.
Sholat Sunat Rawatib yang dikerjakan sebelum sholat fardu disebut
rawatib qobliyah, sedangkan Sholat Sunat Rawatib yang dikerjakan sebelum
sholat wajib disebut rawatib bakdiyah.
b. Hukum Sholat Sunat Rawatib.
Sholat Sunat Rawatib itu bila ditinjau dari segi hukumnya terbagi dua :
1. Sholat Sunat Rawatib Muakkad yaitu
sholat sunah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan, karena selalu dikerjakan oleh Nabi Muhammad Saw.
Sholat Sunat Rawatib Muakkad terdiri dari :
1) Dua rakaat sebelum sholat Subuh.
2) Dua rakaat sebelum sholat Zuhur.
3) Dua rakaat sesudah Shola Zuhur.
4) Dua rakaat sesudah sholat Magrib.
5) Dua rakaat sesudah sholat Isya
Dalil naqlinya yang menjelaskan tentang Sholat Sunat Rawatib Muakkad
artinya:”Dari Abdullah bin Umar, ia
berkata: “Saya ingat dari Rasulullah Saw, dua rakaat sebelum Zuhur, dua
rakaat sesudah Zuhur, dua rakaat sesudah Magrib, dua rakaat sesudah
Isya, dan dua rakaat sebelum Subuh”. (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Sholat Sunat Rawatib ghoiru Muakkad
yaitu sholat sunah yang kurang dianjurkan untuk dilaksanakan, karena
Nabi Muhammad Saw tidak selalu melaksanakannya.
Sholat sunat Rawatib ghairu Muakkad terdiri dari :
a) Dua rakaat sebelum Sholat Zuhur.
b) Dua rakaat sesudah Sholat Zuhur.
c) Empat rakaat sebelum Sholat Ashar.
d) Dua rakaat sebelum Sholat Magrib.
e) Dua rakaat sebelum Sholat Isya.
c. Cara Mempraktekkan Sholat Sunat Rawatib
Cara
melaksanakan Sholat Rawaib baik sebelum mapun sesudahnya (qobliyah dan
ba’diyah dikerjakan dua rakaat sama dengan sholat fardu baik gerakannya
maupun bacaannya, tetapi yang berbeda hanyalah niatnya. Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan sholat sunah rawatib sbb:
1.Tidak didahului azan dan iqomah.
2. Dilaksanakan secara munfarid (sendirian).
3. Bacaannya tidak dinyaringkan.
4. Jika lebih dari dua rakaat, maka setiap dua rakaan satu dalam.
5. Sebaiknya tempat mengerjakan sholat rawatib pindah sedikit dari tempat mengerjakan sholat fardu.
6. Diutamakan pada rakaat pertama membaca Surat Al Kafirun, dan pada rakaat kedua membaca Surat Al Ikhlas.
7. Diawali dengan niat menurut macam
sholatnya. Niat melaksanakan sholat rawatib cukup dalam hati sesuai
dengan macam sholat rawatib tersebut.
Lafal niat Shalat Rawatib
1. Sebelum Subuh:
أُصَلِي قَبْلِيَّةَ الصُبْحِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
artinya: Aku n iat shalat sunnah qobliyyah subuh dua rakaat karena Allah.
2. Sebelum Dzuhur:
أُصَلِي قَبْلِيَّةَ الظُهْرِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
artinya: Aku niat shalat sunnah qobliyyah dzuhur dua rakaat karena Allah.
3. Setelah shalat Dzuhur:
أُصَلِي بَعْدِبّةَ الظُهْرِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
artinya: Aku niat shalat sunnah ba’diyyah dzuhur dua rakaat karena Allah.
4. Sebelum shalat Asar
أُصَلِي قَبْلِيَّةَ الظُهْرِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
artinya: Aku niat shalat sunnah qobliyyah dzuhur dua rakaat karena Allah
5. Sebelum shalat Maghrib:
أُصَلِي قَبْلِيَّةَ العَصْرِ رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
artinya: Aku niat shalat sunnah qobliyyah maghrib dua rakaat karena Allah.
6. Setelah shalat Maghrib:
أُصَلِي بَعْدِبّةَ الَمغْرِب رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
artinya: Aku niat shalat sunnah ba’diyyah maghrib dua rakaat karena Allah.
7. Sebelum shalat Isya’:
أُصَلِي بَعْدِبّةَ الِعشَاء رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
artinya: Aku niat shalat sunnah qobliyyah isya’ dua rakaat karena Allah.
8. Setelah shalat isya’:
أُصَلِي بَعْدِبّةَ الِعشَاء رَكْعَتَيْنِ سُنَّةً ِللهِ تَعَاليَ
artinya: Aku niat shalat sunnah ba’diyyah isya’ dua rakaat karena Allah.
———
7. SHALAT HAJAT
Shalat Hajat adalah shalat sunah
yang dilakukan karena ada suatu hajat atau keperluan, baik keperluan
duniawi atau keperluan ukhrawi agar hajat dikabulkan Allah. Firman
Allah:
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ
artinya: Dan mintalah pertolonganlah (kepada Allah) dengan sabar dan shalat” ( Al Baqarah : 45 )
Cara melaksanakan Shalat hajat
Cara pelaksananya yaitu sama dengan sholat saholat sunat yang lainya yaitu
- Niat sholat Hajat di dalam hati, jika dilafalkan :
اُصَلِّى سُنّـَةَ الْحَاجَةِ رَكْعَتَيْنِ ِللهِ تَعَالى
artinya: aku niat sholat sunah hajat karena Allah.
2. Membaca doa Iftitah, dilanjutkan dengan surat Al Fatihah kemudian membaca salah satu surat di dalam Al Quran.
3. Ruku’ sambil membaca Tasbih tiga kali
4. I’tidal sambil membaca bacaannya
5. Sujud yang pertama sambil membaca Tasbih tiga kali
6. Duduk antara dua sujud sambil membaca bacaannya
7. Sujud yang kedua sambil membaca Tasbih tiga kali
8. setelah selesai rakaat pertama kemudian dilanjutkan rakaat kedua dan
setelah sujud terakhir kemudian tasyahhud akhir dan diakhiri dengan
salam.
Doa Setelalah Sholat Sunnah Hajat
Setelalah Sholat sunnah hajat 2 rokaat kemudian membaca pujian kepada
Alloh misalnya dengan memilih lafadz tahmid :
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ
سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِينَ أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ
وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ لاَ
تَدَعْ لِى ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ
وَلاَ حَاجَةً هِىَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِينَ
artinya: Tiada ilah selain Allah yang
Mahasantun lagi Mahamulia, Mahasuci Allah Tuhan ‘Arsy yang agung. Segala
puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam. Aku mohon kepadaMu hal-hal yang
bisa mendatangkan rahmatMu, sebab-sebab datangnya ampunanMu,
perlindungan dari segala noda, keuntungan dari segala kebajikan, dan
keselamatan dari segala dosa. Janganlah Engkau sisakan dosa untukku
kecuali Engkau telah mengampuninya, jangan sisakan kegalauan kecuali
Engkau telah menghilangkannya, jangan sisakan hajat yang Engkau
meridhainya kecuali Engkau telah menunaikannya, duhai Dzat yang paling
pemurah.
——-
8. SHALAT MUTLAK
Shalat Mutlak adalah shalat sunnah yang boleh dikerjakan pada waktu
kapan saja, kecuali pada waktu yang dilarang untuk mengerjakan shalat
sunah dengan jumlah rakaat yang tidak terbatas. Niat shalat mutlak tidak
terikat dengan niat tertentu selain ikhlas hanya karena ibadah kepada
Allah SWT. Shalat sunah mutlak dikerjakan tiap-tiap dua raka’at dengan
satu kali salam. Waktu-waktu yang diharamkan untuk mengerjakan shalat
sunah adalah:
- Waktu matahari sedang terbit hingga naik setombak/lembing.
- Ketika matahari berada tepat di puncak ketinggiannya hingga
tergelincirnya, kecuali pada hari Jum’at ketika orang masuk masjid untuk
mengerjakan shalat tahiyyatul masjid.
- Sesudah shalat asar sampai terbenam matahari.
- Sesudah shalat subuh hingga terbit matahari agak tinggi.
- Ketika matahari sedang terbenam sampai sempurna terbenamnya.
Lafadz niatnya:
اُصَلي سنة المطلق ركعتين لله تعالى
artinya: Aku niat shalat sunah 2 rakaat karena Allah SWT.
——